Rabu, 23 Januari 2013

Pemberontakan DI/TI

assalamu alaikum....

Pemberontakan DI/TII terjadi di Jawa Barat, Ace, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Kalimantan Selatan. Untuk memahami tentang gerakan dan pemberontakan DI/TII pelajari uraian berikut ini!

1     Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat

Gerakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmaji marijan Kartosuwiryo. Munculnya gerakan Di/TII di Jawa Barat dipicu oleh penandatanganan Perundingan Renville. Kartosuwiryo kemudian membentuk gerakan Darul Islam (DI) dengan didukung Tentara Islam Indonesia (TII).Selanjutnya gerakan itu disebut dengan DI/TII. DI/TII bertujuan mendirikan Negara berdasarkan agama Islam dan lepas dari NKRI. Operasi militer untuk menumpas Di/TII dimulai pada tanggal 27 Agustus 1949. Dalam operasi melawan DI/TII, TNI menggunakan Operasi pagar betis dan Operasi Barathayuda. Pada tanggal 4 Juni 1962 Kartosuwiryo berhasil ditangkap di hutan Gunung Geber, Majalaya, Tasikmalaya. Dengan tertangkapnya kartosuwiryo maka DI/TII di Jawa Barat berhasil dihancurkan.

2     Gerakan DI/TII di Aceh

Setelah Indonesia kembali ke bentuk Negara kesatuan, pemerintah melakukan penyederhaan administrasi pemerintahan. Hal itu berakibat beberapa daerah mengalami perubahan status. Salah satunya Aceh. Perubahan status Aceh telah mengecewakan beberapa piha, terutama DAud Beureuch. Ia adalah seorang tokoh Aceh yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Militer Daerah istimewa Aceh. Ia menolak keputusan pemerintahan tersebut. Pada tanggal 21 September 1953, Daud Beureuch mengeluarkan maklumat yang isinya berupa pernyataan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara Islam Indonesia (NII). Daud Beureuch dengan pasukannya yang disebut Tentara Islam Indonesia ( TII) segera melakukan gerakan. Pemerintah kemudian mengirm pasukan untuk menghadapi gerombolan DI/TII di  Aceh tersebut. Pada tanggal 21 Desember 1962 tercapailah Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh.

3    DI/TII di Jawa Tengah

Di darah Tegal dan Brebes timbul gerakan Mejelis Islam dipimpin oleh Amir Fatah. Pemerintah membentuk pasukan Banteng Raiders untuk mengatasi pemberontakan DI/TII.  Pada tahun 1954, gerombolan DI/TII di Jawa Tengah dapat ditumpas

4       DI/TII di Sulawesi Selatan

Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar. Kahar Muzakar adalah seorang pejuang kemerdekaanyang selama Perang Kemerdekaan ikut berjuang di Pulau Jawa. Setelah Proklamasi kemerdekaan Kahar Muzakar kembali ke Sulawesi Selatan. Ia berhasil menghimpun dan memimpin laskar-laskar gerilya di Sulawesi Selatan. Laskar-laskar itu bergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS). Pada tanggal 30 April 1950, Kahar Muzakar mengirim surat kepada pemerintah dan pimpinan APRIS. Ia meminta agar semua anggota KGSS dimasukkan dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin. Permintaan itu ditolak karena hanya mereka yang lulus dalam penyaringan saja yang dapat diterima dalam APRIS. Pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk menyalurkan bekas gerilyawan ke dalam Korps Cadangan Nasional. Kahar Muzakar sendiri diberi pangkat Letnan Kolonel. Pendekatan-pendekatan yang dilakukan pemerintah tampaknya akan membawa hasil. Akan tetapi, pada saat akan dilantik, Kahar Muzakar bersama anak buahnya melarikan diri ke hutan dengan membawa berbagai peralatan yang diberikan. Peristiwa Januari 1952, Kahar Muzakar menyatakan daerah Sulawesi Selatan sebagai bagian dari Negara Islam Indonesia di bawah pimpinan Kartosuwirjo. Pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan tegas dan mulai melancarkan operasi militer. Operasi penumpasan pemberontakan Kahar Muzakar memakan waktu yang lama. Pada bulan
Februari 1965, Kahar Muzakar tewas dalam suatu penyerbuan. Bulan Juli 1965, Gerungan (orang kedua setelah Kahar Muzakar) dapat ditangkap. Dengan demikian, berakhirlah pemberontakan DI/TII.
DI/TII di Kalimantan Selatan

Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dikobarkan Ibnu Hadjar, seorang bekas Letnan Dua TNI. Ia memberontak dan menyatakan gerakannya sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo. Dengan pasukan yang dinamakannya Kesatuan Rakyat yang Tertindas, Ibnu Hadjar menyerang pos-pos kesatuan tentara di Kalimantan Selatan dan melakukan tindakan pengacauan pada bulan Oktober 1950. Pemerintah memberi kesempatan kepada Ibnu Hadjar untuk menghentikan pemberontakannya secara baik-baik. Ia pernah menyerahkan diri dengan pasukannya. Ia diterima kembali ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia. Namun ia melarikan diri dan melanjutkan pemberontakan. Pemerintah RI akhirnya mengambil tindakan. Pada akhir tahun 1959, pasukan gerombolan Ibnu Hadjar dapat dimusnahkan. Ibnu Hadjar sendiri dapat ditangkap.

0 komentar:

Posting Komentar